Jumat, 07 September 2012

IKLAN DJARUM 76 (VERSI KORUPSI, PUNGLI, DAN SOGOKAN)



Dunia periklanan di Indonesia telah berkembang pesat. Baik iklan yang ditampilkan di media elektronik maupun media cetak. Seiring perkembangan periklanan tersebut, persaingan antar produk menjadi semakin ketat. Jika tidak pandai dalam mempromosikan suatu produk, maka kita akan tersingkir dari persaingan tersebut. Oleh karena itu, kemampuan membuat iklan yang menarik sangat penting.
Mengamati dunia periklanan di Indonesia, perhatian Saya tertuju pada iklan Djarum 76 versi Korupsi, Pungli dan Sogokan. Sebelum memberikan kritik mengenai iklan tersebut, saya paparkan terlebih dahulu ringkasan dari iklan tersebut. Iklan Djarum 76 versi korupsi, pungli dan sogokan ini menceritakan seorang pelamar pekerjaan yang dimintai uang ‘pelicin’ oleh petugas penerima berkas. Pelamar tersebut marah dan meninggalkan ruangan. Kemudian ia bertemu dengan jin yang berbusana dan berbahasa jawa. Singkat cerita, ketika pelamar mengajukan permintaan kepada jin agar segala bentuk Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dihilangkan dari muka bumi, Jin meminta uang ‘pelicin’ juga.
Iklan tersebut cukup menarik karena memiliki kelebihan serta kekurangan yang juga menarik. Kelebihan pada iklan tersebut tidak dapat kita temui pada iklan lain. Kelebihan yang pertama, iklan ini menerapkan akulturasi antara dua kebudayaan, yaitu budaya persia dengan budaya jawa. Hal ini terbukti pada penggunaan lampu ajaib yang menurut cerita zaman dahulu berasal dari Persia, dan penggunaan busana adat jawa yang dipakai oleh Jin.
Kelebihan yang kedua, iklan ini menunjukkan bahwa kehidupan itu mengalami suatu suatu perkembangan. Hal ini terbukti dari busana yang dikenakan Jin tidak lagi hanya memakai celana tanpa baju. Akan tetapi, iklan tersebut menunjukkan perkembangan dengan pemakaian busana adat jawa yang diperankan tokoh Jin.
Kelebihan uang ketiga, iklan ini bernuansa indonesia. Khususnya bernuansa kebudayaan jawa. Hal ini terbukti dengan penggunaan bahasa jawa dan pemakaian busana adat jawa oleh tokoh Jin. Iklan tersebut menimbulkan rasa ingin tahu masyarakat yang tidak mengetahui bahasa jawa terhadap dialog berbahasa jawa yang disajikan dalam iklan tersebut. Masyarakat yang tidak tahu artinya tergerak untuk mencari tahu arti dari dialog tersebut baik dengan cara bertanya kepada teman atau orang lain, hingga mencari arti kalimat berbahasa jawa tersebut di buku dan internet. Sehingga, secara tidak langsung mereka belajar memahami kebudayaan jawa. Oleh karena itu, iklan tersebut patut diberi apresiasi tinggi karena telah memperkenalkan kebudayaan jawa kepada mereka yang belum mengetahui kebudayaan jawa, serta turut serta melestarikan kebudayaan jawa.
Kelebihan yang keempat, Iklan ini ‘berani’ menyindir kondisi masyarakat di Indonesia yang penuh dengan tindakan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Iklan ini sekaligus ‘berani’ menyindir pelaku Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang ada di Indonesia. Harapanyya adalah para pelaku tindakan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) merasa malu dan sadar akan kesalahannya ketika disebut ‘perampok’ oleh tokoh Pelamar pekerjaan yang ada dalam iklan tersebut. Cara ‘menyindir’ yang digunakan dalam iklan tersebut dikemas dengan adegan dan dialog yang humoris. Sehingga tidak menimbulkan konflik. Kronologi yang disajikan juga runtut. Isi cerita disajikan secara singkat, tetapi mudah dipahami. Sehingga tidak membuat penonton ikut berpikir panjang atau merasa bingung. Akhir dari cerita yang ada pada iklan tersebut sama sekali tidak terduga. Bahkan membuat dugaan penonton meleset jauh. Sebagian besar  penonton menduga bahwa Jin akan mengabulkan permintaan pelamar, tetapi Jin justru kembali bertanya kepada pelamar dengan menggunakan bahasa jawa, “Wani piro?” yang artinya berani berapa? (berani membayar berapa?).
Kekurangan yang ada pada iklan Djarum 76 ini, terletak pada objektivitas. Iklan ini sangat tidak objektif. Alasannya karena iklan tersebut tidak memberikan penjelasan apapun mengenai produk yang dipromosikan, yaitu rokok Djarum 76. Oleh sebab itu, masyarakat tidak dapat mengetahui kelebihan rokok Djarum 76 dibandingkan dengan rokok merek lain. Akan tetapi, dalam kekurangan tersebut terdapat kelebihan, yaitu mudah diingat. Orang akan langsung mengenali kalimat "wani piro?" dalam iklan tersebut.
Jika dilihat dari fungsi tujuan, iklan tersebut lebih sesuai digunakan sebagai film atau trailler, karena cerita singkatnya sangat unik, menarik, dan membuat penonton penasaran. Akan tetapi, jika disajikan untuk mempromosikan suatu produk atau digunakan dalam iklan, iklan tersebut kurang sesuai, karena masyarakat bisa saja tidak tertarik untuk membeli rokok Djarum 76 tersebut. Tetapi hanya tertarik untuk melihat iklannya saja.
iklan tersebut memiliki banyak sekali kelebihan yang menarik dan tidak dimiliki oleh iklan lain. Akan tetapi, iklan tersebut juga memiliki kekurangan yang sangat mendasar mengenai tujuan pembuatan iklan.
jadi, iklan yang menarik tidak ditentukan dengan kelebihan yang ada pada iklan tersebut. bisa saja iklan tersebut dianggap jelek. Akan tetapi kejelekan iklan tersebut bisa saja diingat oleh masyarakat. #bridgingcourse02

2 komentar:

  1. Biasanya iklan rokok itu nyantumin kek harganya sama berapa jumlah per batang sih, tapi djarum 76 entah kenapa berani banget ngasih iklan yang gak ada hubungannya sama rokok. Biasanya yang emang perokok baru dan liat iklannya djarum 76, bisa aja gak tau sih kalo dia jual produk rokok.

    BalasHapus
  2. konsepnya unik sih mau ngehibur masyarakat dari iklan, tapi gak ada informasi tentang produk rokoknya. rasanya sama aja kalo mengiklan produk djarum 76 tapi gak dikasih informsai produknya

    BalasHapus