Senin, 10 September 2012

KEPEKAAN SOSIAL DALAM KARANG TARUNA

KEPEKAAN SOSIAL DALAM KARANG TARUNA

Karang Taruna adalah organisasi kepemudaan di Indonesia yang berfungsi sebagai tempat pengembangan generasi muda. Karang Taruna tumbuh atas dasar kesadaran dan tanggung jawab dari, oleh, dan untuk masyarakat di wilayah desa atau kelurahan. Tujuan didirikan Karang Taruna adalah memberikan pembinaan dan pemberdayaan kepada para remaja, misalnya dalam bidang keorganisasian, ekonomi, olahraga, ketrampilan, advokasi, keagamaan dan kesenian. Kemajuan suatu Karang Taruna sangat dipengaruhi oleh kepekaan para pemuda yang ada di desa atau kelurahan di suatu wilayah.
Tidak semua desa atau kelurahan memiliki organisasi Karang Taruna. Hal itu disebabkan oleh para pemuda yang tidak peka terhadap kehidupan sosial. Tetapi, di desa , Banguntapan, Bantul, Yogyakarta, ada sebuah Karang Taruna yang aktif berorganisasi dan peka terhadap kehidupan sosial. Hal ini dipaparkan secara langsung oleh ketua Karang Taruna Jayakusuma, Lisa Lindawati. Wanita yang bersekolah di TK Aba Dalem bantul ini, merasa memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungan karena telah dibesarkan di desa tersebut.
Sejak mengikuti Karang Taruna, beliau merasa kepekaan sosial yang ada dalam dirinya semakin meningkat. Beliau memiliki visi dan misi menyediakan akses pendidikan yang tinggi, informasi yang lebar, dan peluang ekonomi yang tinggi.
Karang Taruna yang didirikan sejak tahun 2009 ini, memiliki kesadaran bahwa karang Taruna tersebut merupakan partner pemerintah untuk menyelesaikan problem kesejahteraan sosial yang ada pada tingkat kelurahan atau desa. Hal ini terbukti dengan banyaknya kemajuan yang diperoleh Karang Taruna Jayakusuma. Beberapa kemajuan dalam bidang pendidikan yang diperoleh antara lain pendirian sanggar yang dapat digunakan untuk mengasah pendidikan bagi semua kalangan, pendirian pojok baca (tempat yang digunakan untuk membaca), dan adanya akses pendidikan berupa kejar paket B dan paket C.
Dalam bidang ekonomi, Karang Taruna Jayakusuma berhasil melaksanakan program pelatihan dan pengembangan industri kreatif. Hal ini terbukti dengan berkembangnya beberapa usaha seperti kerajinan logam, kerajinan batik, kerajinan kaca, dan makanan khas di desa tersebut.
Hasil yang diperoleh dari beberapa usaha tersebut digunakan untuk memajukan kesejahteraan sosial di desa tersebut. Selain itu, dana yang diperoleh untuk membiayai segala keperluan untuk memajukan desa tersebut, diperoleh dari alokasi dana desa setempat, swadaya pengurus, donasi masyarakat sekitar, inverstor dari luar desa singosaren, dan hasil usaha ekonomi produktif.
Untuk menjalin hubungan antar Karang Taruna, dibuatlah sebuah forum Karang Taruna. Forum tersebut diadakan tiga bulan sekali dan dihadiri oleh 75 desa. Forum tersebut berfungsi untuk bertukar program kerja dan juga pengalaman. Oleh karena itu, Karang Taruna di desa tersebut semakin berkembang. Selain itu, fungsi lain dari forum tersebut untuk memberi pengarahan terhadap Karang Taruna lain yang kurang aktif berorganisasi mengenai manfaat kemajuan Karang Taruna.
Untuk kelancaran kegiatan yang ada dalam organisasi Karang Taruna Jayakusuma, ada pedoman dasar dari Kementerian Sosial Republik Indonesia. Pedoman dasar tersebut telah diperbarui pada tahun 2010 lalu. Dengan adanya pedoman dasar tersebut, tidak menutup kemungkinan adanya  improvisasi dari Karang Taruna di masing-masing desa, karena antara Karang Taruna yang satu dengan yang lain berbeda-beda.
Menurut Lisa Lindawati, setiap kelurahan atau desa memiliki masalah sendiri. Masalah setiap desa jelas berbeda-beda. Itulah perlunya Karang Taruna di tingkat desa, bukan di tingkat kabupaten atau provinsi karena setiap desa memiliki karakter masing-masing. Karang Taruna Jayakusuma berprinsip bahwa setiap pemuda harus mampu berperan aktif untuk menyelesaikan permasalahan di desanya masing-masing.
Meskipun memiliki banyak keberhasilan, Karang Taruna Jayakusuma sering menhadapi berbagai permasalahan. Permasalahan yang mendasar terletak pada pemuda yang memiliki jiwa pembelajar yang sangat kurang. Orang tua mereka mampu membiayai pendidikan, tetapi tidak ada keinginan kuat dari anak-anaknya.  Sehingga mereka terhambat. Bahkan ada yang tidak lulus, berhenti sekolah ketika SMP dan tidak merasakan dunia perkuliahan.
Selain itu, ada juga masalah lain yang bisa dikatakan sepele, seperti memperebutkan wanita hingga perdebatan mengenai sepak bola. Hal itu benar-benar terjadi di desa tersebut. Bahkan, pernah menimbulkan tawuran.
Menurut Ketua Karang Taruna Jayakusuma, solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah mempertemukan pihak-pihak yang berselisih agar mereka saling mengenal. Sehingga, ketika mereka sudah saling mengenal, mereka memiliki rasa tidak enak untuk berselisih satu sama lain.
Selain itu masih ada kendala yang merupakan masalah mendasar dalam Karang Taruna tersebut, yaitu kurangnya rasa persatuan di kalangan pemuda. Akan tetapi, mereka memiliki rasa optimis yang tinggi untuk lebih maju, meskipun tidak semua anggota merasakan bangku perkuliahan.
Dalam perkembangan kegiatan Karang Taruna Jayakusuma selalu ada masyarakat yang pro dan kontra. Untuk mengatasi hal itu, pihak dari Karang Taruna Jayakusuma selalu mencari solusi dengan berusaha meningkatkan partisipasi masyarakat. Contoh nyata yang telah berhasil ketika ada kunjungan pejabat negara, ibu-ibu Dasa Wisma bersedia menyediakan snack untuk konsumsi. Sehingga tidak  perlu mengeluarkan biaya mahal untuk membiayai konsumsi. Cara seperti itu justru lebih mudah, efektif, dan menghemat biaya. Hal itu dilakukan bukan karena pihak Karang Taruna Jayakusuma kekurangan secara finansial, tetapi untuk meningkatkan rasa memiliki terhadap perkembangan Karang Taruna Jayakusuma. Contoh tersebut telah membuktikan bahwa masyarakat pada desa tersebut sebenarnya merasa senang melihat para pemuda turut berpartisipasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di desa, meskipun tidak semua permasalahan diselesaikan oleh Karang Taruna.
Untuk mengatasi pihak-pihak yang tidak suka dengan adanya Karang Taruna, pihak Karang Taruna tidak memberikan perlawanan, tetapi hanya membiarkan saja. Membiarkan mereka melihat hasil kerja yang dilakukan oleh Karang Taruna. Sehingga mereka tergerak hatinya untuk berpartisipasi dan memberikan dukungan ketika melihat manfaat dari Karang Taruna tersebut.
Jadi, adanya kesadaran untuk meningkatkan kepekaan sosial itu sangatlah penting. Kepekaan sosial akan membuat seseorang atau sekelompok orang sadar bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk memajukan lingkungan sekitarnya. Kepekaan sosial tersebut tidak akan muncul ketika seseorangtidak memiliki rasa optimis untuk memajukan lingkungan sekitarnya. #bridgingcourse03

Tidak ada komentar:

Posting Komentar