Jumat, 28 September 2012

Ketika 'Jathilan' Ngamen di Jalan




Di Pulau Jawa, khususnya Jawa timur, jawa tengah, jawa barat dan Yogyakarta banyak pengamen yang berbusana adat jawa secara lengkap. Banyak sekali istilah yang dipakai untuk menyebut aktivitas yang mereka lakukan. Di kota Semarang, ada yang menyebut mereka dengan sebutan  Jaran Eblek, yaitu sekelompok orang yang mengamen dengan cara mempersembahkan tarian jaran eblek, tentunya dilengkapi dengan kuda lumping. Di kota magelang ada yang menyebutnya Jaran Kepang, di kota yogyakarta ada yang menyebut Jathilan, ada juga yang menyebut dengan sebutan Ledhek, yaitu sekelompok orang yang mengamen dimana ada dua orang wanita di dalam kelompok tersebut yang menari tradisional adat jawa disertai dengan busana dan musik tradisional jawa.
Apapun istilah yang digunakan untuk menyebut aktivitas mereka, yang pasti mereka adalah sekelompok orang yang mengamen di jalan khusunya di lampu merah dengan menggunakan pakaian, perlengkapan, dan alat musik bernuansa jawa. Mereka beraktivitas ketika lampu lalu lintas berwarna merah, sehingga aksi mereka disaksikan oleh pengendara yang berhenti. Aktivitas yang mereka lakukan adalah menari tarian adat jawa, menyanyi, dan ada juga yang mempersembahkan kesenian jaran kepang. Semua aktivitas tersebut dikemas dengan nuansa adat jawa. Mulai dari tata rias, busana, musik yang dimainkan, alat musik yang dipakai, hingga lagu yang mereka persembahkan kepada pengendara di jalan.
Aksi yang dilakukan oleh seniman jalanan ini cukup menarik. Mereka mampu mengubah image pengamen jalanan di Indonesia yang seringnya hanya mengandalkan suara yang sederhana, sebuah gitar, dan ketipung. Mereka mampu memadukan seni tari, seni musik, seni suara, dan seni tata rias dalam sekali tampil di depan umum. Keberadaan mereka mampu mengurangi kejenuhan pengendara yang seringnya menyaksikan pengamen jalanan sebagai waria, anak kecil yang menyanyi seadanya, dan nyanyian ala kadarnya dari pria dengan iringan gitar sederhana. #bridgingcourse06

Ada tiga jenis aktivitas khusus yang mereka persembahkan kepada pengendara ketika berhenti di lampu merah. Ketiga aktivitas tersebut adalah tarian yang dibawakan oleh penari wanita,  tarian jaran kepang yang dibawakan oleh pemain atau penari pria, dan ada juga yang memadukan antara tarian penari wanita dengan tarian jaran kepang oleh penari pria. Ketiganya sama-sama menampilkan seni budaya jawa, hanya saja beberapa daerah di pulau jawa mengemasnya dalam bentuk yang bermacam-macam. Hal itu dilakukan untuk membedakan kelompok yang satu dengan yang lain di berbagai daerah di Pulau Jawa.
Aksi yang mereka lakukan tersebut menunjukkan bahwa mereka pandai dalam membangun komunikasi antara pengendara dengan pemain jathilan. penonton yang juga sebagai pengendara akan lebih tertarik dengan pengamen yang berbeda dengan pengamen biasanya. Penonton akan terhibur dengan musik jawa yang diperdengarkan melalui gamelan, sehingga terdengar keras dan unik. Penonton juga akan terhibur dengan riasan yang digunakan para pemain yang terkesan tidak biasa. Penonton juga akan terkesima dengan atraksi-atraksi kuda lumping yang dimunculkan dalan proses mengamen tersebut , karena saat kuda lumping kalap, akan terjadi komunikasi emosional antara penari dengan penonton. Itu merupakan hal yang tidak biasa yang mampu menciptakan rasa ingin tahu dari penonton. Tetapi tidak semua pengamen jathilan menggunakan atraksi magis yang betul-betul membuat kuda lumping kalap karena dimasuki roh halus. Ada juga yang sekedar melakukan gerakan tari sambil membawa kuda lumping. Keduanya sama-sama bertujuan untuk menghibur dan untuk mendapatkan penghasilan.
Kreativitas yang mereka bangun ketika tampil di jalan membuat penonton memiliki rasa ingin menyaksikan aksi itu dan tergerak untuk memberikan uang lebih kepada pengamen jawa tersebut karena modal yang dilakukan pengamen jawa tersebut tidak ala kadarnya. Aksi mereka juga bermanfaat untuk melestarikan kebudayaan jawa sehingga kebudayaan jawa tidak akan punah.




Daftar Pustaka
KENDEDES Media Center, 2011, Festival Kuda Lumping, file:///C:/Users/acer/Documents/UGM/BC%2006/Festival%20Kuda%20Lumping%20%20%20Media%20Center%20Kendedes%20%20%20Kominfo%20Kota%20Malang.htm, diunduh tanggal 28 September 2012 pukul 20.21 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar