Di Pulau Jawa, khususnya
Jawa timur, jawa tengah, jawa barat dan Yogyakarta banyak pengamen yang
berbusana adat jawa secara lengkap. Banyak sekali istilah yang dipakai untuk
menyebut aktivitas yang mereka lakukan. Di kota Semarang, ada yang menyebut mereka
dengan sebutan Jaran Eblek, yaitu sekelompok orang yang mengamen dengan cara
mempersembahkan tarian jaran eblek, tentunya dilengkapi dengan kuda lumping. Di
kota magelang ada yang menyebutnya Jaran Kepang, di kota yogyakarta ada yang
menyebut Jathilan, ada juga yang menyebut dengan sebutan Ledhek, yaitu
sekelompok orang yang mengamen dimana ada dua orang wanita di dalam kelompok
tersebut yang menari tradisional adat jawa disertai dengan busana dan musik
tradisional jawa.
Apapun istilah yang
digunakan untuk menyebut aktivitas mereka, yang pasti mereka adalah sekelompok
orang yang mengamen di jalan khusunya di lampu merah dengan menggunakan pakaian,
perlengkapan, dan alat musik bernuansa jawa. Mereka beraktivitas ketika lampu
lalu lintas berwarna merah, sehingga aksi mereka disaksikan oleh pengendara
yang berhenti. Aktivitas yang mereka lakukan adalah menari tarian adat jawa,
menyanyi, dan ada juga yang mempersembahkan kesenian jaran kepang. Semua aktivitas
tersebut dikemas dengan nuansa adat jawa. Mulai dari tata rias, busana, musik
yang dimainkan, alat musik yang dipakai, hingga lagu yang mereka persembahkan
kepada pengendara di jalan.
Aksi yang dilakukan oleh
seniman jalanan ini cukup menarik. Mereka mampu mengubah image pengamen jalanan di Indonesia yang seringnya hanya
mengandalkan suara yang sederhana, sebuah gitar, dan ketipung. Mereka mampu memadukan
seni tari, seni musik, seni suara, dan seni tata rias dalam sekali tampil di
depan umum. Keberadaan mereka mampu mengurangi kejenuhan pengendara yang
seringnya menyaksikan pengamen jalanan sebagai waria, anak kecil yang menyanyi
seadanya, dan nyanyian ala kadarnya dari pria dengan iringan gitar sederhana.
#bridgingcourse06
Ada tiga jenis aktivitas khusus
yang mereka persembahkan kepada pengendara ketika berhenti di lampu merah. Ketiga
aktivitas tersebut adalah tarian yang dibawakan oleh penari wanita, tarian jaran kepang yang dibawakan oleh pemain
atau penari pria, dan ada juga yang memadukan antara tarian penari wanita
dengan tarian jaran kepang oleh penari pria. Ketiganya sama-sama menampilkan
seni budaya jawa, hanya saja beberapa daerah di pulau jawa mengemasnya dalam
bentuk yang bermacam-macam. Hal itu dilakukan untuk membedakan kelompok yang
satu dengan yang lain di berbagai daerah di Pulau Jawa.
Aksi yang mereka lakukan
tersebut menunjukkan bahwa mereka pandai dalam membangun komunikasi antara pengendara
dengan pemain jathilan. penonton yang juga sebagai pengendara akan lebih
tertarik dengan pengamen yang berbeda dengan pengamen biasanya. Penonton akan
terhibur dengan musik jawa yang diperdengarkan melalui gamelan, sehingga
terdengar keras dan unik. Penonton juga akan terhibur dengan riasan yang
digunakan para pemain yang terkesan tidak biasa. Penonton juga akan terkesima
dengan atraksi-atraksi kuda lumping yang dimunculkan dalan proses mengamen
tersebut , karena saat kuda lumping kalap, akan terjadi komunikasi emosional
antara penari dengan penonton. Itu merupakan hal yang tidak biasa yang mampu
menciptakan rasa ingin tahu dari penonton. Tetapi tidak semua pengamen jathilan
menggunakan atraksi magis yang betul-betul membuat kuda lumping kalap karena
dimasuki roh halus. Ada juga yang sekedar melakukan gerakan tari sambil membawa
kuda lumping. Keduanya sama-sama bertujuan untuk menghibur dan untuk
mendapatkan penghasilan.
Kreativitas yang mereka
bangun ketika tampil di jalan membuat penonton memiliki rasa ingin menyaksikan
aksi itu dan tergerak untuk memberikan uang lebih kepada pengamen jawa tersebut
karena modal yang dilakukan pengamen jawa tersebut tidak ala kadarnya. Aksi mereka
juga bermanfaat untuk melestarikan kebudayaan jawa sehingga kebudayaan jawa
tidak akan punah.
Daftar
Pustaka
KENDEDES Media Center, 2011, Festival Kuda Lumping, file:///C:/Users/acer/Documents/UGM/BC%2006/Festival%20Kuda%20Lumping%20%20%20Media%20Center%20Kendedes%20%20%20Kominfo%20Kota%20Malang.htm,
diunduh tanggal 28 September 2012 pukul 20.21 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar