Jumat, 28 September 2012

Ketika 'Jathilan' Ngamen di Jalan




Di Pulau Jawa, khususnya Jawa timur, jawa tengah, jawa barat dan Yogyakarta banyak pengamen yang berbusana adat jawa secara lengkap. Banyak sekali istilah yang dipakai untuk menyebut aktivitas yang mereka lakukan. Di kota Semarang, ada yang menyebut mereka dengan sebutan  Jaran Eblek, yaitu sekelompok orang yang mengamen dengan cara mempersembahkan tarian jaran eblek, tentunya dilengkapi dengan kuda lumping. Di kota magelang ada yang menyebutnya Jaran Kepang, di kota yogyakarta ada yang menyebut Jathilan, ada juga yang menyebut dengan sebutan Ledhek, yaitu sekelompok orang yang mengamen dimana ada dua orang wanita di dalam kelompok tersebut yang menari tradisional adat jawa disertai dengan busana dan musik tradisional jawa.
Apapun istilah yang digunakan untuk menyebut aktivitas mereka, yang pasti mereka adalah sekelompok orang yang mengamen di jalan khusunya di lampu merah dengan menggunakan pakaian, perlengkapan, dan alat musik bernuansa jawa. Mereka beraktivitas ketika lampu lalu lintas berwarna merah, sehingga aksi mereka disaksikan oleh pengendara yang berhenti. Aktivitas yang mereka lakukan adalah menari tarian adat jawa, menyanyi, dan ada juga yang mempersembahkan kesenian jaran kepang. Semua aktivitas tersebut dikemas dengan nuansa adat jawa. Mulai dari tata rias, busana, musik yang dimainkan, alat musik yang dipakai, hingga lagu yang mereka persembahkan kepada pengendara di jalan.
Aksi yang dilakukan oleh seniman jalanan ini cukup menarik. Mereka mampu mengubah image pengamen jalanan di Indonesia yang seringnya hanya mengandalkan suara yang sederhana, sebuah gitar, dan ketipung. Mereka mampu memadukan seni tari, seni musik, seni suara, dan seni tata rias dalam sekali tampil di depan umum. Keberadaan mereka mampu mengurangi kejenuhan pengendara yang seringnya menyaksikan pengamen jalanan sebagai waria, anak kecil yang menyanyi seadanya, dan nyanyian ala kadarnya dari pria dengan iringan gitar sederhana. #bridgingcourse06

Ada tiga jenis aktivitas khusus yang mereka persembahkan kepada pengendara ketika berhenti di lampu merah. Ketiga aktivitas tersebut adalah tarian yang dibawakan oleh penari wanita,  tarian jaran kepang yang dibawakan oleh pemain atau penari pria, dan ada juga yang memadukan antara tarian penari wanita dengan tarian jaran kepang oleh penari pria. Ketiganya sama-sama menampilkan seni budaya jawa, hanya saja beberapa daerah di pulau jawa mengemasnya dalam bentuk yang bermacam-macam. Hal itu dilakukan untuk membedakan kelompok yang satu dengan yang lain di berbagai daerah di Pulau Jawa.
Aksi yang mereka lakukan tersebut menunjukkan bahwa mereka pandai dalam membangun komunikasi antara pengendara dengan pemain jathilan. penonton yang juga sebagai pengendara akan lebih tertarik dengan pengamen yang berbeda dengan pengamen biasanya. Penonton akan terhibur dengan musik jawa yang diperdengarkan melalui gamelan, sehingga terdengar keras dan unik. Penonton juga akan terhibur dengan riasan yang digunakan para pemain yang terkesan tidak biasa. Penonton juga akan terkesima dengan atraksi-atraksi kuda lumping yang dimunculkan dalan proses mengamen tersebut , karena saat kuda lumping kalap, akan terjadi komunikasi emosional antara penari dengan penonton. Itu merupakan hal yang tidak biasa yang mampu menciptakan rasa ingin tahu dari penonton. Tetapi tidak semua pengamen jathilan menggunakan atraksi magis yang betul-betul membuat kuda lumping kalap karena dimasuki roh halus. Ada juga yang sekedar melakukan gerakan tari sambil membawa kuda lumping. Keduanya sama-sama bertujuan untuk menghibur dan untuk mendapatkan penghasilan.
Kreativitas yang mereka bangun ketika tampil di jalan membuat penonton memiliki rasa ingin menyaksikan aksi itu dan tergerak untuk memberikan uang lebih kepada pengamen jawa tersebut karena modal yang dilakukan pengamen jawa tersebut tidak ala kadarnya. Aksi mereka juga bermanfaat untuk melestarikan kebudayaan jawa sehingga kebudayaan jawa tidak akan punah.




Daftar Pustaka
KENDEDES Media Center, 2011, Festival Kuda Lumping, file:///C:/Users/acer/Documents/UGM/BC%2006/Festival%20Kuda%20Lumping%20%20%20Media%20Center%20Kendedes%20%20%20Kominfo%20Kota%20Malang.htm, diunduh tanggal 28 September 2012 pukul 20.21 WIB

Sabtu, 22 September 2012

Angkringan KR Menjadi Pilihan



Angkringan adalah tempat makan di pinggir jalan yang menjual berbagai macam makanan dan minuman dengan menggunakan gerobak dorong. Istilah ‘Angkringan’ berasal dari kata berbahasa jawa ‘angkring’ yang berarti duduk santai.[1] Setiap daerah memiliki sebutan yang berbeda untuk menyebut tempat makan sederhana ini. Jika di Yogyakarta biasa disebut Angkringan, di kota Semarang disebut ‘kucingan’, berasal dari nama ‘sego kucing’ (nasi kucing), yaitu hidangan yang disediakan di angkringan tersebut. Berbeda lagi dengan kota Solo yang menyebutnya dengan sebutan  ‘Hik’ (Hidangan Istimewa ala Kampung).
Salah satu angkringan yang marak dibicarakan di kota pelajar adalah Angkringan KR. Berbagai kalangan membicarakan ramainya angkringan tersebut. Angkringan yang terletak di depan kantor redaksi Surat Kabar Harian (SKH)  Kedaulatan Rakyat ini, tidak pernah sepi pengunjung. Mulai dari kalangan mahasiswa, pelajar, tukang becak, tukang bangunan, buruh, pegawai kantor, seniman, hingga pejabat, setia mengunjungi angkringan yang berada di Jalan Pangeran Mangkubumi Yogyakarta ini. Selain menyantap hidangan, biasanya mereka juga berbincang santai dengan keluarga, teman, atau sesama pengunjung lain hingga larut malam.
Sama seperti angkringan lainnya, Angkringan KR merupakan tempat makan yang jauh dari kesan mewah. Tempat sederhana yang buka pada pukul 16.0002.00 WIB ini menggunakan gerobak dorong sebagai tempat untuk meletakkan makanan  dan minuman. Bagian atas gerobak ditutup oleh kain terpal sebagai pelindung. Selain dilengkapi dengan kursi gerobak angkringan dan bangku-bangku di sepanjang trotoar, juga tersedia  tikar yang digelar untuk duduk lesehan. Berbedadengan angkringan lain,  angkringan yang luas dan lapang ini memiliki penerangan yang cukup, sehingga jauh dari kesan reman-remang. Tempat yang luas dan lapang tersebut membuat asap rokok tidak terlalu mengganggu kenyamanan saat menyantap hidangan.  Biasanya, angkringan sedikit diragukan mengenai kebersihannya. Akan tetapi, kebersihan angkringan yang selalu ramai ini selalu terjaga . Hal ini terbukti dari pencucian alat-alat makan yang melalui proses penyabunan dan pembilasan.
Angkringan KR memiliki berbagai variasi menu makanan. Variasi menu tersebut antara lain Nasi Kucing (seperi  Nasi Kikil, Nasi Oseng Tempe, sego sambel, Nasi Sambel Teri, Nasi usus goreng, Nasi Langgi, Nasi Rica Ayam, dan lain sebagainya), bermacam-macam sate (sate telur puyuh, sate usus, sate bakso), berbagai macam kue, gorengan, krupuk, dan sebagai menu minuman khas adalah Es Susu Tape Ijo. Semua makanan dan minuman tersebut dijual dengan harga yang cukup terjangkau, yaitu berkisar antara Rp 1.000,- hingga Rp 5.000,-
Rasa dari berbagai hidangan yang disajikan di Angkringan KR pada dasarnya hampir sama dengan angkringan yang lain. Kebanyakan pengunjung Angkringan KR tidak terlalu mempertanyakan rasa dari hidangan yang disajikan, karena yang menjadi daya tarik di Angkringan KR adalah suasana, kelengkapan menu makanan, kebersihan, penerangan yang cukup, dan tempat yang luas serta lapang.
Meskipun hanya bernama ‘Angkringan KR’, angkringan tersebut memiliki Brand  yang kuat, karena nama ‘Angkringan KR’ telah menancap kuat di benak konsumen. Angkringan tersebut telah memenuhi empat komponen penting yang ada dalam pemasaran, yaitu 4P (Product, Price, Place, and Promotion).[2] Dari segi produk (product), angkringan KR menyediakan berbagai macam variasi menu makanan yang jauh lebih lengkap dari pada angkringan lain. Dari segi harga (price), angkringan tersebut mematok harga yang sangat terjangkau untuk berbagai kalangan masyarakat, yaitu berkisar Rp 1.0005.000. Dari segi lokasi (place), angkringan tersebut letaknya sangat strategis karena berada di tengah kota yaitu kawasan Malioboro Tugu, sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat. Dari segi promosi (promotion), angkringan tersebut memiliki sistem self service, dimana pengunjung mengambil sendiri menu yang sesuai selera, selain itu angkringan tersebut menawarkan suasana hangat kota jogja yang terlihat dari perbincangan santai para pembeli.
Angkringan KR yang merupakan media komunikasi antara pembeli dengan penjual atau antar sesama penjual, menunjukkan bahwa tempat tersebut merupakan tempat yang egaliter karena pembeli yang datang tidak membeda-bedakan strata sosial dan juga SARA. Angkringan yang letaknya strategis ini telah menunjukkan berbagai macam kelebihan dibandingkan dengan angkringa lain. Oleh karena itu wajar saja jika banyak masyarakat Yogyakarta memilih angkringan KR sebagai angkringan pilihan. #bridgingcourse05


Daftar Pustaka

Sabtu, 15 September 2012

SUNDAY MORNING



Sebagian besar orang jarang yang memiliki kesempatan untuk berkumpul bersama keluarga, terutama pada hari senin hingga sabtu. Untuk berkumpul bersama, mereka memerlukan hari libur, biasanya pada pada Hari Minggu. Mereka memanfaatkan kesempatan tersebut dengan cara berjalan-jalan menikmati udara pagi, berolah raga, berbelanja, dan lain sebagainya. Berkumpul bersama keluarga dapat mempererat pertalian keluarga sehingga tercipta rasa kepedulian antar anggota keluarga. Tidak jarang mereka melakukan kegiatan tersebut untuk melepas kesibukan dan kepenatan hidupnya selama lima hari sebelumnya. [1]
Di kota Yogyakarta banyak sekali orang yang memanfaatkan minggu pagi mereka dengan jogging di area Grha Sabha Pramana (GSP) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM). Tidak hanya jogging, mereka dapat bersepeda, berjalan santai, atau sekedar berfoto bersama. Hal tersebut merupakan salah satu contoh komunikasi yang terjadi antar anggota keluarga, khususnya bagi keluarga yang tidak memiliki waktu berkumpul bersama. Komunikasi tersebut dilakukan dengan media olah raga jogging di area Grha Sabha Pramana (GSP) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Kota Yogyakarta juga telah menyediakan sarana yang dapat digunakan untuk berkumpul bersama keluarga setiap minggu pagi, yaitu Sunmor (Sunday Moring). Sunmor adalah pasar tiban atau pasar dadakan yang digelar setiap minggu pagi. Lokasi sunmor terletak di Jalan Notonegoro, yang memisahkan kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan kampus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), membujur dari selokan mataran hingga perempatan Sagan, Kabupaten Sleman. Pasar ini digelar mulai pukul 05.00 — 12.00 WIB.[2]
Banyak sekali orang memanfaatkan minggu pagi mereka dengan jogging di area Grha Sabha Pramana (GSP) UGM. Hal tersebut merupakan event yang tepat karena bersamaan dengan digelarnya Sunmor. Setelah menghabiskan waktu di area GSP, mereka bisa langsung menuju ke Sunmor. Mereka bisa berbelanja berbagai barang kebutuhan, juga bisa membeli berbagai jenis makanan yang dijual di sepanjang pasar Sunmor tersebut untuk sarapan. makanan yang dijual bervariasi, dari makanan berat hingga makanan ringan.  Pasar Sunmor menyediakan berbagai macam  barang berupa pakaian, pernak-pernik, aksesoris, hasil kerajinan tangan, kebutuhan dapur, kebutuhan mandi, tanaman hias, hewan peliharaan,dan lain sebagainya.
Untuk masuk ke pasar tersebut tidak diperlukan tiket dan tidak dipungut biaya apapun. Jika pengunjung membawa kendaraan, hanya perlu membayar ongkos parkir saja. Jika ingin menikmati suasana berkumpul bersama, lebih baik berjalan kaki menikmati udara segarnya udara pagi sambil berbincang santai dengan anggota keluarga. hal tersebut sangat bermanfaat untuk mempererat komunikasi antar anggota keluarga, khususnya bagi keluarga yang jarang berkomunikasi antar anggota keluarganya.
Pasar Sunmor juga merupakan contoh komunikasi yang terjalin di masyarakat. Komunikasi yang terjalin di dalam pasar tersebut terjadi antara penjual dengan pembeli. dalam transaksi jual beli dan tawar menawar harga.
Barang-barang yang dijual di pasar Sunmor juga dapat digunakan sebagai media komunikasi. Misalnya celengan yang dapat ditulisi nama, kalimat-kalimat, dan pesan kepada orang yang akan kita beri celengan tersebut. Melalui celengan tersebut, kita dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan cara membaca tulisan yang ada pada celengan tersebut.
Untuk melakukan suatu komunikasi antar masyarakat, Pasar Sunmor merupakan lokasi yang tepat, karena digelar di area Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Tempat tersebut sangat strategis untuk transaksi jual beli, karena banyak sekali orang-orang yang sedang berolah-raga di area tersebut.
Dari komunikasi yang terjalin tersebut, tentunya membawa manfaat dari pihak yang ada di area tersebut. Dari pihak pedagang, mereka mendapatkan keuntungan dari hasil berdagang di Pasar Sunmor pada minggu pagi. Dari pihak pembeli, mereka mendapatkan barang-barang yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan. Mereka juga dapat belajar menawar harga, sehingga memiliki perbandingan dengan harga barang di toko-toko lain. Dari pihak orang-orang yang hanya sekedar melihat-lihat saja, mereka mendapatkan pengalaman berkunjung ke salah satu tempat favorit di Yogyakarta. Selain itu, mereka juga mengetahui lokasi-lokasi penjualan barang tertentu, sehingga ketika mereka memerlukan barang kebutuhan,  sudah tidak lagi mencari-cari lokasi penjualan tersebut. Dari pihak orang-orang yang hanya berolah raga atau sekedar berjalan santai dengan keluarga, Mereka mendapatkan kebersamaan yang jarang didapat, khususnya bagi keluarga yang masing-masing anggotanya tidak memiliki waktu berkumpul dengan keluarga. Mereka dapat menjalin pertalian keluarga dengan baik.
Jadi, event Pasar Sunmor dan aktivitas jogging di area Grha Sabha Pramana (GSP) Universitas Gadjah Mada merupakan media yang digunakan untuk berkomunikasi. Aktivitas tersebut membawa berbagai macam manfaat yang sebaiknya dijaga dan dilestarikan. #bridgingcourse04

















DAFTAR PUSTAKA
[1] Gunawan Lie, Gilbertus, 2011, Menghabiskan Waktu dengan Keluarga, http://sekeluarga.com/keluarga/menghabiskan-waktu-dengan-keluarga-anda/, diakses tanggal 11 September 2012.


[1] Jogjatrip, 2010, Sunmor UGM, file:///C:/Users/acer/Documents/UGM/media%20dan%20komunikasi/SUNMOR%20UGM%20-%20JOGJATRIP.htm, diakses tanggal 11 September 2012.


Observasi di Pasar Sunmor UGM Yogyakarta tanggal 9 September 2012







[1] Gunawan Lie, Gilbertus, 2011, Menghabiskan Waktu dengan Keluarga, http://sekeluarga.com/keluarga/menghabiskan-waktu-dengan-keluarga-anda/, diakses tanggal 11 September 2012.
[2] Jogjatrip, 2010, Sunmor UGM, file:///C:/Users/acer/Documents/UGM/media%20dan%20komunikasi/SUNMOR%20UGM%20-%20JOGJATRIP.htm, diakses tanggal 11 September 2012.

Senin, 10 September 2012

KEPEKAAN SOSIAL DALAM KARANG TARUNA

KEPEKAAN SOSIAL DALAM KARANG TARUNA

Karang Taruna adalah organisasi kepemudaan di Indonesia yang berfungsi sebagai tempat pengembangan generasi muda. Karang Taruna tumbuh atas dasar kesadaran dan tanggung jawab dari, oleh, dan untuk masyarakat di wilayah desa atau kelurahan. Tujuan didirikan Karang Taruna adalah memberikan pembinaan dan pemberdayaan kepada para remaja, misalnya dalam bidang keorganisasian, ekonomi, olahraga, ketrampilan, advokasi, keagamaan dan kesenian. Kemajuan suatu Karang Taruna sangat dipengaruhi oleh kepekaan para pemuda yang ada di desa atau kelurahan di suatu wilayah.
Tidak semua desa atau kelurahan memiliki organisasi Karang Taruna. Hal itu disebabkan oleh para pemuda yang tidak peka terhadap kehidupan sosial. Tetapi, di desa , Banguntapan, Bantul, Yogyakarta, ada sebuah Karang Taruna yang aktif berorganisasi dan peka terhadap kehidupan sosial. Hal ini dipaparkan secara langsung oleh ketua Karang Taruna Jayakusuma, Lisa Lindawati. Wanita yang bersekolah di TK Aba Dalem bantul ini, merasa memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungan karena telah dibesarkan di desa tersebut.
Sejak mengikuti Karang Taruna, beliau merasa kepekaan sosial yang ada dalam dirinya semakin meningkat. Beliau memiliki visi dan misi menyediakan akses pendidikan yang tinggi, informasi yang lebar, dan peluang ekonomi yang tinggi.
Karang Taruna yang didirikan sejak tahun 2009 ini, memiliki kesadaran bahwa karang Taruna tersebut merupakan partner pemerintah untuk menyelesaikan problem kesejahteraan sosial yang ada pada tingkat kelurahan atau desa. Hal ini terbukti dengan banyaknya kemajuan yang diperoleh Karang Taruna Jayakusuma. Beberapa kemajuan dalam bidang pendidikan yang diperoleh antara lain pendirian sanggar yang dapat digunakan untuk mengasah pendidikan bagi semua kalangan, pendirian pojok baca (tempat yang digunakan untuk membaca), dan adanya akses pendidikan berupa kejar paket B dan paket C.
Dalam bidang ekonomi, Karang Taruna Jayakusuma berhasil melaksanakan program pelatihan dan pengembangan industri kreatif. Hal ini terbukti dengan berkembangnya beberapa usaha seperti kerajinan logam, kerajinan batik, kerajinan kaca, dan makanan khas di desa tersebut.
Hasil yang diperoleh dari beberapa usaha tersebut digunakan untuk memajukan kesejahteraan sosial di desa tersebut. Selain itu, dana yang diperoleh untuk membiayai segala keperluan untuk memajukan desa tersebut, diperoleh dari alokasi dana desa setempat, swadaya pengurus, donasi masyarakat sekitar, inverstor dari luar desa singosaren, dan hasil usaha ekonomi produktif.
Untuk menjalin hubungan antar Karang Taruna, dibuatlah sebuah forum Karang Taruna. Forum tersebut diadakan tiga bulan sekali dan dihadiri oleh 75 desa. Forum tersebut berfungsi untuk bertukar program kerja dan juga pengalaman. Oleh karena itu, Karang Taruna di desa tersebut semakin berkembang. Selain itu, fungsi lain dari forum tersebut untuk memberi pengarahan terhadap Karang Taruna lain yang kurang aktif berorganisasi mengenai manfaat kemajuan Karang Taruna.
Untuk kelancaran kegiatan yang ada dalam organisasi Karang Taruna Jayakusuma, ada pedoman dasar dari Kementerian Sosial Republik Indonesia. Pedoman dasar tersebut telah diperbarui pada tahun 2010 lalu. Dengan adanya pedoman dasar tersebut, tidak menutup kemungkinan adanya  improvisasi dari Karang Taruna di masing-masing desa, karena antara Karang Taruna yang satu dengan yang lain berbeda-beda.
Menurut Lisa Lindawati, setiap kelurahan atau desa memiliki masalah sendiri. Masalah setiap desa jelas berbeda-beda. Itulah perlunya Karang Taruna di tingkat desa, bukan di tingkat kabupaten atau provinsi karena setiap desa memiliki karakter masing-masing. Karang Taruna Jayakusuma berprinsip bahwa setiap pemuda harus mampu berperan aktif untuk menyelesaikan permasalahan di desanya masing-masing.
Meskipun memiliki banyak keberhasilan, Karang Taruna Jayakusuma sering menhadapi berbagai permasalahan. Permasalahan yang mendasar terletak pada pemuda yang memiliki jiwa pembelajar yang sangat kurang. Orang tua mereka mampu membiayai pendidikan, tetapi tidak ada keinginan kuat dari anak-anaknya.  Sehingga mereka terhambat. Bahkan ada yang tidak lulus, berhenti sekolah ketika SMP dan tidak merasakan dunia perkuliahan.
Selain itu, ada juga masalah lain yang bisa dikatakan sepele, seperti memperebutkan wanita hingga perdebatan mengenai sepak bola. Hal itu benar-benar terjadi di desa tersebut. Bahkan, pernah menimbulkan tawuran.
Menurut Ketua Karang Taruna Jayakusuma, solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah mempertemukan pihak-pihak yang berselisih agar mereka saling mengenal. Sehingga, ketika mereka sudah saling mengenal, mereka memiliki rasa tidak enak untuk berselisih satu sama lain.
Selain itu masih ada kendala yang merupakan masalah mendasar dalam Karang Taruna tersebut, yaitu kurangnya rasa persatuan di kalangan pemuda. Akan tetapi, mereka memiliki rasa optimis yang tinggi untuk lebih maju, meskipun tidak semua anggota merasakan bangku perkuliahan.
Dalam perkembangan kegiatan Karang Taruna Jayakusuma selalu ada masyarakat yang pro dan kontra. Untuk mengatasi hal itu, pihak dari Karang Taruna Jayakusuma selalu mencari solusi dengan berusaha meningkatkan partisipasi masyarakat. Contoh nyata yang telah berhasil ketika ada kunjungan pejabat negara, ibu-ibu Dasa Wisma bersedia menyediakan snack untuk konsumsi. Sehingga tidak  perlu mengeluarkan biaya mahal untuk membiayai konsumsi. Cara seperti itu justru lebih mudah, efektif, dan menghemat biaya. Hal itu dilakukan bukan karena pihak Karang Taruna Jayakusuma kekurangan secara finansial, tetapi untuk meningkatkan rasa memiliki terhadap perkembangan Karang Taruna Jayakusuma. Contoh tersebut telah membuktikan bahwa masyarakat pada desa tersebut sebenarnya merasa senang melihat para pemuda turut berpartisipasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di desa, meskipun tidak semua permasalahan diselesaikan oleh Karang Taruna.
Untuk mengatasi pihak-pihak yang tidak suka dengan adanya Karang Taruna, pihak Karang Taruna tidak memberikan perlawanan, tetapi hanya membiarkan saja. Membiarkan mereka melihat hasil kerja yang dilakukan oleh Karang Taruna. Sehingga mereka tergerak hatinya untuk berpartisipasi dan memberikan dukungan ketika melihat manfaat dari Karang Taruna tersebut.
Jadi, adanya kesadaran untuk meningkatkan kepekaan sosial itu sangatlah penting. Kepekaan sosial akan membuat seseorang atau sekelompok orang sadar bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk memajukan lingkungan sekitarnya. Kepekaan sosial tersebut tidak akan muncul ketika seseorangtidak memiliki rasa optimis untuk memajukan lingkungan sekitarnya. #bridgingcourse03

Jumat, 07 September 2012

IKLAN DJARUM 76 (VERSI KORUPSI, PUNGLI, DAN SOGOKAN)



Dunia periklanan di Indonesia telah berkembang pesat. Baik iklan yang ditampilkan di media elektronik maupun media cetak. Seiring perkembangan periklanan tersebut, persaingan antar produk menjadi semakin ketat. Jika tidak pandai dalam mempromosikan suatu produk, maka kita akan tersingkir dari persaingan tersebut. Oleh karena itu, kemampuan membuat iklan yang menarik sangat penting.
Mengamati dunia periklanan di Indonesia, perhatian Saya tertuju pada iklan Djarum 76 versi Korupsi, Pungli dan Sogokan. Sebelum memberikan kritik mengenai iklan tersebut, saya paparkan terlebih dahulu ringkasan dari iklan tersebut. Iklan Djarum 76 versi korupsi, pungli dan sogokan ini menceritakan seorang pelamar pekerjaan yang dimintai uang ‘pelicin’ oleh petugas penerima berkas. Pelamar tersebut marah dan meninggalkan ruangan. Kemudian ia bertemu dengan jin yang berbusana dan berbahasa jawa. Singkat cerita, ketika pelamar mengajukan permintaan kepada jin agar segala bentuk Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dihilangkan dari muka bumi, Jin meminta uang ‘pelicin’ juga.
Iklan tersebut cukup menarik karena memiliki kelebihan serta kekurangan yang juga menarik. Kelebihan pada iklan tersebut tidak dapat kita temui pada iklan lain. Kelebihan yang pertama, iklan ini menerapkan akulturasi antara dua kebudayaan, yaitu budaya persia dengan budaya jawa. Hal ini terbukti pada penggunaan lampu ajaib yang menurut cerita zaman dahulu berasal dari Persia, dan penggunaan busana adat jawa yang dipakai oleh Jin.
Kelebihan yang kedua, iklan ini menunjukkan bahwa kehidupan itu mengalami suatu suatu perkembangan. Hal ini terbukti dari busana yang dikenakan Jin tidak lagi hanya memakai celana tanpa baju. Akan tetapi, iklan tersebut menunjukkan perkembangan dengan pemakaian busana adat jawa yang diperankan tokoh Jin.
Kelebihan uang ketiga, iklan ini bernuansa indonesia. Khususnya bernuansa kebudayaan jawa. Hal ini terbukti dengan penggunaan bahasa jawa dan pemakaian busana adat jawa oleh tokoh Jin. Iklan tersebut menimbulkan rasa ingin tahu masyarakat yang tidak mengetahui bahasa jawa terhadap dialog berbahasa jawa yang disajikan dalam iklan tersebut. Masyarakat yang tidak tahu artinya tergerak untuk mencari tahu arti dari dialog tersebut baik dengan cara bertanya kepada teman atau orang lain, hingga mencari arti kalimat berbahasa jawa tersebut di buku dan internet. Sehingga, secara tidak langsung mereka belajar memahami kebudayaan jawa. Oleh karena itu, iklan tersebut patut diberi apresiasi tinggi karena telah memperkenalkan kebudayaan jawa kepada mereka yang belum mengetahui kebudayaan jawa, serta turut serta melestarikan kebudayaan jawa.
Kelebihan yang keempat, Iklan ini ‘berani’ menyindir kondisi masyarakat di Indonesia yang penuh dengan tindakan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Iklan ini sekaligus ‘berani’ menyindir pelaku Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang ada di Indonesia. Harapanyya adalah para pelaku tindakan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) merasa malu dan sadar akan kesalahannya ketika disebut ‘perampok’ oleh tokoh Pelamar pekerjaan yang ada dalam iklan tersebut. Cara ‘menyindir’ yang digunakan dalam iklan tersebut dikemas dengan adegan dan dialog yang humoris. Sehingga tidak menimbulkan konflik. Kronologi yang disajikan juga runtut. Isi cerita disajikan secara singkat, tetapi mudah dipahami. Sehingga tidak membuat penonton ikut berpikir panjang atau merasa bingung. Akhir dari cerita yang ada pada iklan tersebut sama sekali tidak terduga. Bahkan membuat dugaan penonton meleset jauh. Sebagian besar  penonton menduga bahwa Jin akan mengabulkan permintaan pelamar, tetapi Jin justru kembali bertanya kepada pelamar dengan menggunakan bahasa jawa, “Wani piro?” yang artinya berani berapa? (berani membayar berapa?).
Kekurangan yang ada pada iklan Djarum 76 ini, terletak pada objektivitas. Iklan ini sangat tidak objektif. Alasannya karena iklan tersebut tidak memberikan penjelasan apapun mengenai produk yang dipromosikan, yaitu rokok Djarum 76. Oleh sebab itu, masyarakat tidak dapat mengetahui kelebihan rokok Djarum 76 dibandingkan dengan rokok merek lain. Akan tetapi, dalam kekurangan tersebut terdapat kelebihan, yaitu mudah diingat. Orang akan langsung mengenali kalimat "wani piro?" dalam iklan tersebut.
Jika dilihat dari fungsi tujuan, iklan tersebut lebih sesuai digunakan sebagai film atau trailler, karena cerita singkatnya sangat unik, menarik, dan membuat penonton penasaran. Akan tetapi, jika disajikan untuk mempromosikan suatu produk atau digunakan dalam iklan, iklan tersebut kurang sesuai, karena masyarakat bisa saja tidak tertarik untuk membeli rokok Djarum 76 tersebut. Tetapi hanya tertarik untuk melihat iklannya saja.
iklan tersebut memiliki banyak sekali kelebihan yang menarik dan tidak dimiliki oleh iklan lain. Akan tetapi, iklan tersebut juga memiliki kekurangan yang sangat mendasar mengenai tujuan pembuatan iklan.
jadi, iklan yang menarik tidak ditentukan dengan kelebihan yang ada pada iklan tersebut. bisa saja iklan tersebut dianggap jelek. Akan tetapi kejelekan iklan tersebut bisa saja diingat oleh masyarakat. #bridgingcourse02

Rabu, 05 September 2012

MENGAPA MEMILIH JURUSAN ILMU KOMUNIKASI UGM?



Sejak menjadi mahasiswa baru di Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada, Saya sering mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari berbagai kalangan. Selain menanyakan alasan memilih Jurusan Ilmu Komunikasi, pertanyaan tersebut juga menanyakan alasan memilih Universitas Gadjah Mada sebagai tempat melanjutkan studi S1.
Alasan Saya memilih jurusan Ilmu Komunikasi adalah adanya keinginan untuk memiliki kemampuan berbicara yang baik dan benar di depan publik. Saya ingin menghilangkan rasa tidak percaya diri, minder, takut, dan malu untuk berbicara di depan publik. Saya memilih program studi ini, karena program studi Ilmu Komunikasi ini tidak memerlukan hitungan rumit. Menurut pendapat Saya, program studi ilmu komunikasi sesuai untuk orang-orang yang memiliki kelemahan berhitung seperti Saya.
Saya merupakan individu yang senang berbicara di depan umum, tetapi ketika diperintah guru saja. Kemudian saya berpikir untuk mengasah kegemaran berbicara tersebut agar menjadi lebih baik, lebih berani tanpa diperintah siapapun. Saya juga ingin kegemaran tersebut dapat tersalurkan ke dalam pekerjaan yang bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain, dan bangsa Indonesia.
Saya memilih Universitas Gadjah Mada sebagai tempat untuk melanjutkan studi S1, karena Universitas Gadjah Mada merupakan Universitas terbaik di Indonesia. Nama besar Universitas Gadjah Mada bukan sekedar nama, karena nama besar ini tercipta karena kualitas input yang berkualitas. Hal ini terbukti dengan adanya persaingan yang sangat ketat  untuk dapat diterima di Universitas tertua di Indonesia ini. Sehingga dari persaingan yang sangat ketat tersebut, diperoleh mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang berasal dari pelajar-pelajar terbaik di seluruh Indonesia.
Jika kita menempuh studi di Universitas ternama yang memiliki input berkualitas, memiliki proses belajar yang maksimal, dan fasilitas yang lengkap maka output yang dihasilkan juga berkualitas, tentunya disertai dengan kemampuan yang baik dari setiap individu. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi perusahan atau tempat bekerja lain tidak mau menerima pegawai yang berasal dari lulusan universitas Gadjah Mada.
Alasan lain mengapa Saya memilih melanjutkan studi di Universitas Gadjah Mada adalah keinginan untuk melanjutkan studi di luar kota kelahiran Saya di Semarang, karena Saya ingin belajar hidup mandiri, tidak bergantung pada orang tua, dan ingin memperluas wawasan mengenai Kota Yogyakarta. Selain itu, Universitas Gadjah Mada merupakan universitas yang heterogen. Mahasiswa yang belajar di Universitas Perjuangan ini, berasal dari berbagai macam suku di Indonesia. Oleh karena itu, Saya tertarik untuk menambah wawasan dari berbagai suku yang ada di Universitas Kerakyatan ini.
Selain itu, alasan memilih Universitas Gadjah Mada karena Saya sangat mengagumi kota Yogyakarta. Kekaguman Saya tertuju pada julukan Kota Pelajar. Selain julukan tersebut, Saya suka dengan kebudayaan lokal yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Yogyakarta.
Lokasi Universitas Gadjah Mada cukup dekat dengan rumah sanak saudara, sehingga Saya merasa nyaman berada dekat dengan keluarga besar. Orang tua juga memberikan dukungan penuh dengan keputusan yang Saya ambil, karena apabila dekat dengan sanak saudara, pemantauan diri Saya dapat berjalan dengan baik.
Selain itu, Saya ingin mewujudkan cita-cita Ayah yang ingin melanjutkan studi S2 di Universitas Gadjah Mada. Keinginan tersebut muncul ketika beliau tidak lolos seleksi untuk melanjutkan studi S2 di Universitas Gadjah Mada, melainkan di Universitas Indonesia. Saya ingin membahagiakan dan membuat kedua orang tua bangga terhadap pilihan yang Saya ambil. Itulah beberapa alasan mengapa Saya memilih Jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Gadjah Mada. #bridgingcourse01